Kisah Insviratif Polisi ini Sisihkan Gajinya untuk Beli Alquran dan Pembangunan Musala

Sisihkan Gaji untuk Beli Alquran dan Pembangunan MusalaNamanya I Gede Arya Suarsana. Anggota Polri dengan pangkat Bripka. Sudah lima tahun ini, pria 33 tahun tersebut bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Gontoran Timur. Kiprahnya sebagai Bhabinkamtibmas, tidak saja dikenal di wilayah tugasnya, tetapi hingga se-Kecamatan Lingsar.

Wahidi Akbar Sirinawa

2012 silam, kecelakaan parah menimpa Bripka I Gede Arya Suarsana. Peristiwa itu pula yang membuat tugasnya di kepolisian berubah. Semula masuk dalam tim Buru Sergap (Buser) Reskrim, Arya kini mengabdikan dirinya untuk melayani masyarakat sebagai Bhabinkamtibmas.

Baca Juga


Sebagai Bhabin, Arya menjadi ujung tombak kepolisian yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Termasuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tugasnya.

Warga Desa Gontoran Timur, Kecamatan Lingsar, berjumlah 1.678 jiwa. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Sementara Arya, berlatar Hindu Bali kelompok minoritas di kawasan ini.

Tetapi hal tersebut tidak membuat semangatnya kendor dalam menjalankan tugas. Meski beragama Hindu, Arya kerap membantu aktivitas warga muslim di Gontoran Timur.

”Semuanya Muslim. Mungkin Bhabinnya sendiri yang Hindu,” kata Arya lantas tertawa sebagaimana dilansir Lombok Post (Jawa Pos Group), Senin (18/12).

Arya mengaku selama bertugas, dirinya berusaha untuk tidak menonjolkan dirinya sebagai anggota Polri. Melainkan sebagai warga biasa, yang kebetulan menjadi polisi. Karena itu, pendekatan kultural kepada masyarakat lebih diutamakan mantan atlet beladiri karate ini.

”Saya jamak-jamak saja. Tidak ada sekat antara saya dengan masyarakat,” ujar dia.

Selama menjadi anggota Polri, Arya hampir 10 tahun bertugas di Polsek Lingsar. Empat tahun sebagai anggota buser, sedangkan sisanya bertugas menjadi Bhabin. Dengan pengalaman tersebut, menjadi bekalnya dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat. Dia paham betul seperti apa karakter warga Desa Gontoran Timur.

Arya mengatakan, meski dirinya berbeda agama dengan mayoritas masyarakat Gontoran Timur, hal tersebut tidak menjadikan sekat antara dirinya dengan warga. Ini dibuktikan dari sejumlah bantuan dan kehadirannya dalam setiap perayaan hari keagamaan umat Islam.

Misalnya saja, Arya menyisihkan gaji dan dukungan operasional Bhabinkamtibmas untuk membeli tikar dan Alquran. Bantuan itu diberikan kepada Taman Pendidikan Quran (TPQ) di Dusun Gontoran Dalem. Dia juga turut membantu pembangunan Musala Al Mujahidin.

”Ada 10 santri yang mengaji di sana. Tempatnya di berugak biasa, kurang nyaman, Alqurannya juga bergantian. Karena itu saya berikan tikar dan Alquran agar mereka nyaman mengaji,” ungkap dia.

Ayah dari dua anak ini menyebut, apa yang dia lakukan bukan karena ingin dipuji. Semuanya dilandaskan rasa ikhlas. Apalagi sudah menjadi tugas kepolisian untuk melayani masyarakat sepenuh hati.

”Saya gak harapkan pujian mas. Hanya ingin berbuat saja untuk masyarakat,” kata Arya yang menjadi anggota Polri sejak 2003 ini.

Selain bantuan, dia juga menginisiasi pembentukan Polisi Masyarakat (Polmas) Tim Reaksi Cepat Gontoran Peduli (TRCGP). Polmas tersebut dibentuk satu tahun lalu. Menjadi yang pertama untuk Kecamatan Lingsar.

Manfaatnya memang langsung terasa. Polmas yang beranggotakan masyarakat Gontoran Timur, mampu membantu tugasnya untuk masalah keamanan, sosial ekonomi, bencana, hingga pendidikan.

Kiprah Arya memang membawa dampak besar bagi kehidupan Gontoran Timur. Lombok Post bahkan merasakan langsung bagaimana kedekatan Arya dengan masyarakat di desa yang berbatasan langsung dengan Kota Mataram ini.

Hal tersebut terlihat ketika Arya berkeliling. Menyambangi rumah-rumah warga. Di sana, tidak ada satu pun masyarakat yang memanggil Arya dengan sebutan ‘Pak Bhabin’ maupun ‘Pak Polisi’.

”Banyak yang tidak tahu saya Bhabin. Biasanya cuma panggil Arya atau Pak Arya saja,” terang dia.

Tidak saja dekat dengan orang dewasa, Arya juga dikenal dan disukai anak-anak kecil di Gontoran Timur. Setiap melintas di jalan-jalan desa, mereka berebutan mencium tangannya.

Kedekatan masyarakat dengan Arya, diakui Marsudin. Mantan Kadus Gontoran Lauk ini mengatakan, selama bertugas Arya menunjukkan sifat terbuka. Tidak pandang bulu untuk segala lapisan masyarakat.

”Tidak ada yang ditutup-tutupi. Tidak ada bedanya antara dia sebagai polisi dengan masyarakat. Hanya dibedakan pakaian saja,” kata dia.

Hal tersebut membuat Arya dikenal semua masyarakat Gontoran Timur. Dari anak TK hingga orang tua. Bukan itu saja, kiprahnya sebagai Bhabin bahkan terkenal hingga se-Kecamatan Lingsar.

Marsudin mengatakan, jika masyarakat ditanya siapa Bhabin di Gontoran Timur, bisa dipastikan tidak ada yang bisa menjawab. ”Yang dikenal itu Pak Arya, karena saking dekatnya,” ungkapnya.

”Kita sampai juluki dia Bhabin kecamatan. Kalau ngobrol, kita bukan ngomong dengan polisi, tapi dengan Pak Arya, bisa ditanya masyarakat lain,” pungkas Marsudin.

Artikel Terkait

Belum ada Komentar untuk "Kisah Insviratif Polisi ini Sisihkan Gajinya untuk Beli Alquran dan Pembangunan Musala"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel